Lingam Pura Tegal Lalang Linggah, Gianyar, Bali.
Bagian utuh.
Gambar dari Linga Yoni atau yang lebih populer diluar Nusantara atau Bali pada khusunya disebut dengan Shiva Linga. Pada Intinya ini merupakan simbolis dari penjabaran Tuhan tidak berwujud atau Niskala. Sedangkan konsep Sakala lebih mengacu kepada patung perwujudan beliau sebagai Shiva. Penjelasan secara singkat mengenai konsep yang terdapat dalam linga yoni diNusantara dan Bali Khusunya ada dibawah ini:
Keterangan Gambar:
- Paramashiva,
- Sada Shiva,
- Shiva atau Shivaatma,
- Yoni atau Shakti,
- Satya Loka,
- Tapa Loka,
- Janah Loka.
- Mahar Loka,
- Svaha Loka,
- Bhuvah Loka,
- Bhur Loka,
- Sapta Paataala Loka,
- Kurma,
- AnantaBhoga,
B. Visnu Bhaga,
C. Brahma Bhaga,
D. Purusha,
E. Prakrti atau Pradana,
Pada gambar diatas sekaligus penjelasanya, diambil berdasarkan sastra-sastra nusantara yang menuliskan tentang shiva tattva dan pujastava atau jenis aturan puja yang khusus ada diBali. Tattva-tattva ini menjelaskan penempatan konsep didalam sebuah Shiva Linga di Nusantara dan Bali pada khusunya secara tersirat. Nusantara dan Bali memiliki jenis dan penggambaran Shiva Linga secara menghusus dan tentunya berbeda dengan yang diluar Nusantara terutama dengan yang di India.
Pada intinya pejelasan Shiva Lingam terdapat di Rg.veda, kemudian lebih jelas dipaparkan secara tersirat melalui lantunan Skamba Suktam atau Stamba Suktam Atharva Veda X.7. Jika melihat dibagian melalui ithihasa, maka penjelasanya ditemukan pada Mahabarata. Kemudian melalui Purana terdapat pada Shiva Purana, Skanda Purana, Linga Purana. Di Nusantara penjelasan dikupas mengenai Shiva Linga terdapat pada Lontar-Lontar. Salah satu dari Lontar ini adalah Lontar Bhuana Kosa. Apabila melalui Pujastava Bali diantaranya seperti :
īśvaraḥ puruṣasya ca, pranamya shirasaa lingam, anantabhoga stava dan yang lainya.
ket: Lingam secara lengkap hanya ditemukan dicandi-candi Luar Bali, sedangkan diBali tidak ditemukan. kemungkinan disebabkan kerusakan oleh faktor alam atau pemugaran-pemugaran pura-pura.
Penjelasan Pertama.
KONSEP LINGGA YONI
Untuk mengetahui dari arti dan makna sekaligus konsep-konsep
Shiva Lingga perlu kiranya kita melihat bentuk melalui gambaran dari Lingam
agar dapat memahaminya lebih dalam, walaupun sesungguhnya kita tidak akan bisa
untuk menjabarkan keagungan dari Shiva Lingam secara menyeluruh. Perwujudan
yang dibuatkan symbol sebagai ketuhanan ini tidak dapat di ukur melalui pikiran
dan melampaui segalanya. Disini penulis berusaha menjabarkan bagian utama yang
terdapat dari Shiva Lingam melalui pembacaan dan perbandingan symbol yang dimiliki
dari Shiva Linggam yang ada. Dikarenakan penelitian Shiva Lingam oleh penulis
berpusat di Bali. Maka sastra lokal sebagai acuan dan sastra lain sebagai
pendukung.
Gambar-gambar dibawah ini telah diambil dari beberapa pura
yang tergolong kuno dan masih memiliki peninggalan Shiva Lingam diBali. Menurut
pembagianya, Shiva Linggam dapat dibagi tiga bagian utama yaitu bagian Linggam,
Yoni, dan bagian lapik/alas. Dari
masing-masing ketiga bagian di atas memiliki juga bagian tertentu yang
memunculkan konsep-konsep tersendiri yang di jelaskan bawah ini secara
bertahap.
Bentuk Shiva
Linggam dari Lingam.
Bentuk satu buah Linggam utuh,
Di lihat dari bentuk satu buah Linggam di luar dari
penyatuan dengan Yoni yang keseluruhanya simbol alam semesta di temukan bentuk
antara lain:
-
Bentuk bulat telur unggas (kukkuṭāṇḍasaṃsthita)
-
Bentuk buah mentimun (trikhasaṃsthita).
-
Bentuk segi empat memanjang. (samacaturaśra).
Dari ketiga bentuk di atas yang jarang di temukan adalah
bentuk yang ketiga dan umumnya bentuk mentimun sering di temukan di Bali dan
bentuk bulat telur angsa yang pada dasarnya adalah bentuk oval di temukan di
pura daerah kabupaten Tabanan.
Bagian atap Linggam
Atap dari Lingam juga memiliki pemahatan. Atap Lingam
memiliki makna sebagai stana Parama Shiva loka jika di lihat dari konsep
tinggkatan pembagian alam, namun jika di lihat dari konsep Tri Kona yaitu
konsep utpeti, stiti, dan pralina (yaitu penciptaan, pemeliharaan, dan
peleburan alam semesta) maka ujung atau atap Lingam sampai dengan batang
Linggam di atas Yoni sebagai Rudra Bhaga (bagian Rudra). Adapun bentuk-bentuk
yang di miliki dari ujung atau atap Shiva Linggam adalah:
- - Bentuk buah mentimun. (trikhakara)
- - Bentuk bulat telur. (kukkuṭāṇḍakara)
- - Bentuk balon. (budbudasadṛśa)
- - Bentuk payung.(chatrakara )
- - Bentuk bulan sabit.(ardhacandrakara )
- - Bentuk segi empat. (sañjavanakara )
- - Bentuk mahkota bunga (kusumAvataMsakakara)
Bagian tengah batang Linggam:
Bagian
ini terkadang memiliki bentuk polos tanpa guratan. Adapun bentuk yang umum di miliki dari bagian
tengah batang sebuah Linggam adalah bentuk segi delapan. Dibagian ini di tempati
oleh Sada Shiva. Konsep lontar Wrhaspatitattwa yang dimiliki orang Bali merujuk
ke bagian Sada Shiva. Lontar ini menjelaskan tempat duduk Sada Shiva berwujud
padmasana dan beralaskan Cadushakti. Maka dari itu segi delapan ini mengandung
tattwa Astaiswarya antaranya: anima,
laghima, mahima, prapti, prakamya, isitwa, wasitwa yatrakamawasayitwa.
Astaiswarya ini di jelaskan pada Wrhaspatitattwa di mana poinya menyatakan
delapan jenis kemahakuasaan dari Tuhan. Anima
yang artinya halus bagaikan atom. Anima berasal dari kata Anu yang berarti atom. Laghima
dengan asal kata laghu yang artinya
ringan merupakan sifat Tuhan yang bersifat seringan eter. Mahima dengan asal kata maha
yang berarti besar yaitu Tuhan yang bersifat memenuhi segala tempat dan tidak
ada satupun tempat yang tidak di tempati-Nya. Prapti dengan asalkata prapta
yang artinya tercapai merupakan sifat beliau yang dapat mencapai semua tempat. Prakamya dengan kata identik prakama yang berarti semua kehendak dari
beliau merupakan sifat Tuhan yang setiap kehendaknya selalu terjadi. Isitwa dengan kata isa yang berarti raja dan merupakan sifat Tuhan yang merajai
semuanya dari yang paling utama. Wasitwa
indentik dengan kata Wasa artinya
menguasai dan mengatasi yang merupakan sifat Tuhan yang paling berkuasa di
antara semuanya. Dan yang terahir adalah yatrakamawasayitwa
berarti tidak ada yang dapat menentang dari kehendak atau keinginan beliau dan
juga krodrat beliau. Dari kedelapan sifat yang menjelasan kemahakuasaan Tuhan
ini sering di lambangkan dengan stana beliau bagaikan bunga teratai yang
berjumblah delapan.
Bagian bawah Linggam:
Simbol pahatan dari segi empat samasisi yang di miliki dari
bagian ini adalah simbolisasi dari Shivaatma yang meresapi semua ciptaan yang
berada di alam semesta ini. Peneliti Barat pada bagian ini menyebutnya sebagai
konsep Brahma Bhaga. Akan tetapi, di dalam konsep penyatuan Shiva dan Shakti
yaitu Linga dan Yoni hal ini menjurus kepada Shivaatma bukan kepada Visnu
Bhaga. Dilihat dari penjelasan konsep Hindu Bali bagian lontar Buanakosa. Alam
yang di tempati oleh Visnu pada alam Jana Loka. Pada bagian Shivaatma ini
melengkapi konsep Tri Purusa yaitu Shiva, Sada Shiva, dan Parama Shiva sesuai
dengan konsep Hindu yang memiliki konsep vertical. sedangkan pada konsep Tri
Murti Bhaga sebagai konsep horizontal yang di dalam konsep Shiva Linggam di
jelaskan dengan agak berbeda namun tetap mengenai pada konsep kesetaraan dari
ketiga dewa yang mana tidak ada yang lebih tinggi atau superior dan yang lebih
rendah atau inferior. Untuk bentuk dari
bagian bawah Linggam dapat dilihat pada gambar di atas pada gambar bagian
tengah Linggam.
Bentuk Shiva
Linggam di lihat dari bagian Yoni:
Yoni merupakan simbol dari kosnsep ibu alam semesta dan
sebagai Shakti Shiva yang sering di identikan dengan Parvati dewi atau identik
diBali dengan Uma dewi dan Durga dewi. Bagian-bagian yoni secara lengkap
adalah nala (cerat), Jagati (ruang), Padma
(alas), Kanthi (leher), dan lubang untuk
berdirinya lingga atau arca. Sedangkan bentuk yang di temukan di Bali antara
lain:
-
Bentuk segi empat samasisi tanpa saluran air.
-
Segi empat dengan saluran air.
-
Bentuk bulat oval ( identik dengan bentuk
segitiga)
Bentuk Shiva
Linggam di lihat dari lapik atau alas dari Yoni:
Lapik atau alas Yoni atau peetam di Bali tidak di temukan
secara utuh di karenakan banyak data sejarah yang hilang yang berupa arca dan
kemungkinan alas aslinya telah diganti oleh masyarakat pengempon Pura pada saat
perbaikan bangunan atau telah benar-benar rusak di makan jaman. Bentuk aslinya
masih ditemukan di luar Bali di dalam sebuah bangunan candi-candi kuno. Pada
bagian lapik sangat menentukan bagian dari Shiva Linggam dikarenakan pada
bagian ini memiliki guratan khusus tentang posisi alam semesta dan tingkatan
alam semesta baik itu tingkatan tujuh alam keatas ( sapta loka) dan tingkatan
alam kebawah ( sapta patala). Di
beberapa konsep bangunan baru yang ada di Bali walaupun sedikit ada perubahan
di dalamnya namun masih mengena pada konsep aslinya yang masih mencerminkan
semua alam dan posisinya dan tentunya pada bangunan baru ada penambahan seni
yang di anggap relative oleh masyarakat. Bagian simbolis lainya yang terdapat
pada peetam adalah simbol kurma dan naga.
Pada pujastava yang ditemukan di Bali kita dapat temukan
simbol-simbol ini. Pada simbol kura-kura kita hanya dapat temukan sedikit
reperensi yang cocok. Sedangkan pada bagian pujastava Bali hanya menjelaskan
delapan simbol dalam bunga teratai.
Ādityas tu sthitaḥ pūrve, candras tu saṁsthito’ gneye kumbho vasati dakṣiṇe,
mīnas tu nairṛtye sthitaḥ.
(īśvaraḥ puruṣasya ca.Ho.21).
Lambang-lambang itu
adalah: matahari ada di timur, bulan ada di tenggara, wadah air ada di selatan,
dan ikan ada di barat daya.
kūrmo vasati paścime, śaṅkho vasati vāyavye cakro vasati uttare,
tri-śulah aiśānye.
(īśvaraḥ puruṣasya ca.Ho.22).
Kura-kura ada di barat, kulit keong/kerang di barat laut, cakra ada
di utara, dan trisula ada di timur laut.
Sedangkan pendekatan
melalui purana kurma mengacu kepada pengadukan samudra susu atau lautan susu.
Pengadukan lautan yang dilakukan oleh para dewa dan raksasa. Kurma menopang
gunung mahameru yang sebelumnya diangkat oleh anantabhoga. Disini kurma yang
juga sebagai perwujudan wisnu berperan sebagai pengendali agar dunia tidak
tenggelam. Pada konsep Shiva Linga juga sama, bahwa simbol kurma mengarah ke
asfek membantu dalam ciptaan dan berlaku sebagai pengendali. Selain itu secara
logika kita dapat lihat pada seekor kura-kura dikeseharian. Kura-kura memiliki
kemampuan memasukan bagian tubuhnya sesuai keinginanya. Hal inilah yang menjadi
factor kesimpulan sebagai pengendali. Apabila dilihat dari konsep yoga.
Simbolisasi kurma sebagai pengendalian diri, agar tubuh ini yang juga sebagai
simbol gunung mahameru tidak tenggelam didalam keduniawian yang disebabkan oleh
keinginan, pemikiran-pemikiran, dan ego. Mengenai simbol kurma sebagai pembantu
proses penciptaan, hal ini beliau Visnu dianggap tidak ada bedanya dengan
Shakti dewi. Selain itu, penyatuan dari dewi (yoni) dan shiva linga) berwujud
sebagai wisnu. Hal ini diperkuat dan diperjelas dari sloka upanisad:
sarvadevātmako rudraḥ
sarve devāḥ śivātmakāḥ ।
rudrasya dakṣiṇe pārśve ravirbrahmā trayo'gnayaḥ ॥ 4॥
vāmapārśve umā devī viṣṇuḥ somo'pi te trayaḥ ।
yā umā sā svayaṃ viṣṇuryo viṣṇuḥ sa hi candramāḥ ॥ 5॥
ye namasyanti govindaṃ te namasyanti śaṅkaram ।
ye'rcayanti hariṃ bhaktyā te'rcayanti vṛṣadhvajam ॥ 6॥
ye dviṣanti virūpākṣaṃ te dviṣanti janārdanam ।
ye rudraṃ nābhijānanti te na jānanti keśavam ॥ 7॥
rudrātpravartate bījaṃ bījayonirjanārdanaḥ ।
yo rudraḥ sa svayaṃ brahmā yo brahmā sa hutāśanaḥ ॥ 8॥
brahmaviṣṇumayo rudra agnīṣomātkaṃ jagat ।
puṃliṅgaṃ sarvamīśānaṃ strīliṅgaṃ bhagavatyumā ॥ 9॥
umārudrātmikāḥ sarvāḥ grajāḥ sthāvarajaṅgamāḥ ।
vyaktaṃ sarvamumārūpamavyaktaṃ tu maheśvaram ॥ 10॥
umā śaṅkarayogo yaḥ sa yogo viṣṇurucyate ।
yastu tasmai namaskāraṃ kuryādbhaktisamanvitaḥ ॥ 11॥
ātmānaṃ paramātmānamantarātmānameva ca ।
jñātvā trividhamātmānaṃ paramātmānamāśrayet ॥ 12॥
antarātmā bhavedbrahmā paramātmā maheśvaraḥ ।
sarveṣāmeva bhūtānāṃ viṣṇurātmā sanātanaḥ ॥ 13॥
asya trailokyavṛkṣasya bhūmau viṭapaśākhinaḥ ।
agraṃ madhyaṃ tathā mūlaṃ viṣṇubrahmamaheśvarāḥ ॥ 14॥
kāryaṃ viṣṇuḥ kriyā brahmā kāraṇaṃ tu maheśvaraḥ ।
prayojanārthaṃ rudreṇa mūrtirekā tridhā kṛtā ॥ 15॥
dharmo rudro jagadviṣṇuḥ sarvajñānaṃ pitāmahaḥ ।
śrīrudra rudra rudreti yastaṃ brūyādvicakṣaṇaḥ ॥ 16॥
kīrtanātsarvadevasya sarvapāpaiḥ pramucyate ।(rudrahrdayopanisad.4-16).
rudrasya dakṣiṇe pārśve ravirbrahmā trayo'gnayaḥ ॥ 4॥
vāmapārśve umā devī viṣṇuḥ somo'pi te trayaḥ ।
yā umā sā svayaṃ viṣṇuryo viṣṇuḥ sa hi candramāḥ ॥ 5॥
ye namasyanti govindaṃ te namasyanti śaṅkaram ।
ye'rcayanti hariṃ bhaktyā te'rcayanti vṛṣadhvajam ॥ 6॥
ye dviṣanti virūpākṣaṃ te dviṣanti janārdanam ।
ye rudraṃ nābhijānanti te na jānanti keśavam ॥ 7॥
rudrātpravartate bījaṃ bījayonirjanārdanaḥ ।
yo rudraḥ sa svayaṃ brahmā yo brahmā sa hutāśanaḥ ॥ 8॥
brahmaviṣṇumayo rudra agnīṣomātkaṃ jagat ।
puṃliṅgaṃ sarvamīśānaṃ strīliṅgaṃ bhagavatyumā ॥ 9॥
umārudrātmikāḥ sarvāḥ grajāḥ sthāvarajaṅgamāḥ ।
vyaktaṃ sarvamumārūpamavyaktaṃ tu maheśvaram ॥ 10॥
umā śaṅkarayogo yaḥ sa yogo viṣṇurucyate ।
yastu tasmai namaskāraṃ kuryādbhaktisamanvitaḥ ॥ 11॥
ātmānaṃ paramātmānamantarātmānameva ca ।
jñātvā trividhamātmānaṃ paramātmānamāśrayet ॥ 12॥
antarātmā bhavedbrahmā paramātmā maheśvaraḥ ।
sarveṣāmeva bhūtānāṃ viṣṇurātmā sanātanaḥ ॥ 13॥
asya trailokyavṛkṣasya bhūmau viṭapaśākhinaḥ ।
agraṃ madhyaṃ tathā mūlaṃ viṣṇubrahmamaheśvarāḥ ॥ 14॥
kāryaṃ viṣṇuḥ kriyā brahmā kāraṇaṃ tu maheśvaraḥ ।
prayojanārthaṃ rudreṇa mūrtirekā tridhā kṛtā ॥ 15॥
dharmo rudro jagadviṣṇuḥ sarvajñānaṃ pitāmahaḥ ।
śrīrudra rudra rudreti yastaṃ brūyādvicakṣaṇaḥ ॥ 16॥
kīrtanātsarvadevasya sarvapāpaiḥ pramucyate ।(rudrahrdayopanisad.4-16).
Rudra adalah perwujudan dari semua Deva. Semua
dewa adalah manifestasi hanya berbeda dari Sri Rudra sendiri. Di sisi kanan
dari Rudra, ada matahari, Kemudian empat berkepala Brahma, dan kemudian tiga
Agnis (api). Di sisi kiri, terdapat Sri Umadevi, dan juga Wisnu dan Soma
(bulan). Uma Dirinya sendiri adalah bentuk Vishnu. Wisnu sendiri adalah bentuk
bulan. Oleh karena itu, orang-orang yang menyembah Dewa Wisnu, menyembah Siva
sendiri. Dan orang-orang yang menyembah Siva, menyembah Dewa Wisnu dalam
kenyataan. Mereka yang iri dan membenci Sri Rudra, sebenarnya membenci Sri
Vishnu. Mereka yang mengutuk Tuhan Siva, mengutuk Wisnu sendiri. Rudra adalah
generator dari benih. Wisnu adalah cikal bakal benih. Siva sendiri adalah
Brahma dan Brahma sendiri adalah Agni. Rudra dipenuhi Brahma dan Wisnu. Seluruh
dunia ini penuh dengan Agni dan Soma. Bentuk gender lelaki Tuhan Siva. Gender perempuan Sri Bhavani Devi. Semua penciptaan bergerak dan
tak bergerak dari alam semesta ini, diisi dengan Uma dan Rudra. Dalam Vyakta
adalah Sri Uma, dan Avyakta adalah Tuhan Siva. Kombinasi Uma dan Sankara adalah
Wisnu. Oleh karena itu setiap orang harus bersujud kepada Sri Maha Wisnu dengan
pengabdian yang besar. Dia adalah Atman. Dia adalah Paramatman. Dia adalah
Antaratman. Brahma adalah Antaratman. Siva adalah Paramatman. Wisnu adalah
Abadi Atman semua alam semesta ini. penciptaan ini seluruh svarga, Martya dan
Patala Lokas sebuah pohon besar. Wisnu adalah bagian atas (cabang) pohon ini.
Brahma batang. akar adalah Tuhan Siva. Hasilnya adalah Wisnu. tindakan adalah Brahma. Penyebabnya
adalah Siva. Untuk kepentingan dunia. Rudra telah mengambil tiga bentuk
tersebut. Rudra adalah Dharma. Wisnu adalah dunia. Brahma adalah Pengetahuan.
Oleh karena itu, lakukan Kirtan nama-Nya, 'Rudra', 'Rudra'. Dengan menyanyikan
seperti ini, nama suci Tuhan yang besar ini, semua dosa Anda akan hancur. (rudrahrdayopanisad.4-16).
Mengenai simbol naga
kita dapat temukan penjelasanya melalui pujastava yang ada di Bali. Pada tujuh
alam kebawah dinyatakan dihuni oleh golongan para naga. Di Nusantara dan
khususnya Bali meyakini pimpinan para naga sebagai anantabhoga. Tapi terkadang
dibeberapa penjelasan, pimpinan para naga disebut sebagai Vasuki. Dikarenakan
Shiva Linga ini ada di nusantara dan juga tentunya memiliki konsepnya
tersendiri. Maka setidak-tidaknya terdapat sumber internal sebagai penjelasan
dari simbol – simbol yang terkandung didalamnya.
Tathā padmaḥ sthito madye, śivālaye śūddha-sthāne ye vā sthitāḥ
nāga-sarvah, krameoyanta eva ca.
(īśvaraḥ puruṣasya ca.Ho.23).
Daun bunga teratai
ada di tengah-tengah, dan semua para naga yang hadir ditempat dikediaman Sang
Hyang Shiva yang suci disebut sekarang dalam urutan yang seharusnya.
nuhuṣo dhṛta-rāṣṭraś ca, kālako kambalas tathā kadrū vā vāsuki jÑeyāḥ,
karkoṭaka-dhanaÑ-jayau.
(īśvaraḥ puruṣasya ca.Ho.24).
Nahusa dan
dhrt-rastra, kalaka dan kambala, kadru dan vasuki, karkotaka dan dhananjaya,
takṣako nikumbhas tathā, haridro rohiṇīti ca, nanta-bhogaḥ sthito
madhye, iti nāgāḥ parivṛttāḥ.
(īśvaraḥ puruṣasya ca.Ho.25).
Taksaka dan nikumbha,
haridra dan rohini, ananta-bhoga berada di tengah-tengah, demikianlah adanya
kedudukan –kedudukan pada naga didalam bulatan itu.
Pujastava diatas
menjelaskan posisi dari penempatan para naga. Kedudukan ananta berada di bagian
tengah. Namun, hal ini belum menjelaskan terlalu mendetail mengenai perlambang.
oṁ oṁ aṣṭa-mahā-bhayāya, sapta-pātāla-deśāya, ananta-bhoga-devāya, sphaṭika-varṇāya,
vaḍavānala-astrāya, sarva-śatru-vināśāya, namaḥ svāhā//
(aṣṭa-mahā-bhayāya. gol.shiva.1106/34b.1804/38b).
(kepada delapan
perwujudan kekuatan yang menakutkan, dia yang berada diwilayah tujuh, dengan
anantabhoga sebagi dewanya, di wilayah kebawah (sapta patala), dengan warna
bening, senjata percikan api, yang menghancurkan semua musuh-musuh, sembah,
sambut).
Disini anantabhoga
mulai dijelaskan sebagai dewatanya dari tujuh wilayah kebawah. Dengan stava
puja diatas anantabhoga ditunjukan sebagai pimpinan wilayah alam bawah. Dari
dua jenis pujastava diatas kita dapat temukan dua bagian penting yang
diantaranya anantabhoga bertempat diposisi tengah mewakili semua naga, dan dewa
dari tujuh alam bawah. Sekarang mari kita lihat pujastava lainya yang lebih
jelas mengenai anantabhoga:
Anantabhoga stava. (SSM.hal.93.83/19b,189/9b,11R7,PVSK22b).
bhūḥ-loka sapta-bhuvanam, sapta-pātāla vīryaṇam nāgēndrādhipa-mūrtinam,
agni-jvālaṁ rudrātmakam// (bhūḥ-loka sapta-bhuvanam.01).
(wilayah dunia ke
wilayah tujuh tingkat keatas, dan tujuh dunia wilayah kebawah didalam
kepahlawananya, yang berwujud sebagai ratunya para ular/naga yang tertinggi,
yang menyala seperti api perwujudan dewa rudra).
vāyu-vajro vajrānalaṁ, ‘prameyaṁ koṭi-yojanam, ‘nanta-bhoga
mahā-śaktim, maka-sukha bhūh-maṇḍalam. (bhūḥ-loka sapta-bhuvanam.04).
(Yang memiliki angin
sebagai halilintar dan apinya adalah halilintar, yang takdapat diukur lebih
dari ukuran sepuluh juta mil, ananta yang begitu hebat/Shakti, adalah
kebahagiaan bagi bidang/ lingkungan keduniawian).
Stava pertama
menjelaskan bahwa anantabhoga sebagai ratu para ular yang mencakup tujuh alam
keatas dan tujuh alam kebawah. Disini sudah mulai jelas bahwa lambang dari satu
buah naga yang muncul dalam shiva linga Nusantara dan Bali khusunya adalah
anantabhoga. Dari bagian peeta kita melihat naga anantabhoga digambarkan
diantara sapta patala dan saptaloka. Sedangkan stava anantabhoga kedua
menyatakan kemampuan dari anantabhoga dan jaraknya yang tidak dapat diukur. Dia
juga diibaratkan memiliki tubuh agni sama dengan perwujudan Rudra.
Didalam cerita atau
kisah pengadukan samudra susu, anantabhoga berperan sebagai pengangkat gunung
mandara. Jika dilihat dari namanya ananta berarti tidak terbatas dan bhoga
berarti keinginan. Simbol dari anantabhoga ini adalah keinginan yang dimiliki
oleh mahluk hidup. Dalam sisitem yoga, keinginan haruslah terkendali. Simbolik
dari pengangkatan gunung adalah simbol dari munculnya keinginan-keinginan dari
dunia luar pancamahabhuta yang mempengaruhi tubuh individu. Dan kenapa kurma
juga ditempatkan diatas dari anantabhoga, ini berarti pengendalian dari
keinginan yang muncu disaat pikiran mulai memilah-milah tindakan yang
dilakukan, Sehingga alam keci/dunia kecil tidak tenggelam dalam penderitaan.
Om Shanty, Shanty, Shanty, Om
0 Response to " Bagian-Bagian Linga Yoni. "
Post a Comment