Translitor.

Sponsor,

Bagian-Bagian Linga Yoni.


Lingam Pura Tegal Lalang Linggah, Gianyar, Bali.

Bagian utuh.

Gambar dari Linga Yoni atau yang lebih populer diluar Nusantara atau Bali pada khusunya disebut dengan Shiva Linga. Pada Intinya ini merupakan simbolis dari penjabaran Tuhan tidak berwujud atau Niskala. Sedangkan konsep Sakala lebih mengacu kepada patung perwujudan beliau sebagai Shiva. Penjelasan secara singkat mengenai konsep yang terdapat dalam linga yoni diNusantara dan Bali Khusunya ada dibawah ini: 


Keterangan Gambar:
  1. Paramashiva,
  2. Sada Shiva,
  3. Shiva atau Shivaatma,
  4. Yoni atau Shakti,
  5. Satya Loka,
  6. Tapa Loka,
  7.  Janah Loka.
  8. Mahar Loka,
  9. Svaha Loka,
  10. Bhuvah Loka,
  11. Bhur Loka, 
  12. Sapta Paataala Loka,
  13. Kurma,
  14. AnantaBhoga,    
A. Rudra Bhaga atau Shiva Bhaga,
B. Visnu Bhaga,
C. Brahma Bhaga,
D. Purusha,
E. Prakrti atau Pradana,

Pada gambar diatas sekaligus penjelasanya, diambil berdasarkan sastra-sastra nusantara yang menuliskan tentang shiva tattva dan pujastava atau jenis aturan puja yang khusus ada diBali. Tattva-tattva ini menjelaskan penempatan konsep didalam sebuah Shiva Linga di Nusantara dan Bali pada khusunya secara tersirat. Nusantara dan Bali memiliki jenis dan penggambaran Shiva Linga secara menghusus  dan tentunya berbeda dengan yang diluar Nusantara terutama dengan yang di India.
Pada intinya pejelasan Shiva Lingam terdapat di Rg.veda, kemudian lebih jelas dipaparkan secara tersirat melalui lantunan Skamba Suktam atau Stamba Suktam Atharva Veda X.7. Jika melihat dibagian melalui ithihasa, maka penjelasanya ditemukan pada Mahabarata. Kemudian melalui Purana terdapat pada Shiva Purana, Skanda Purana, Linga Purana. Di Nusantara penjelasan dikupas mengenai Shiva Linga terdapat pada Lontar-Lontar. Salah satu dari Lontar ini adalah Lontar Bhuana Kosa. Apabila melalui Pujastava Bali diantaranya seperti :
īśvaraḥ puruṣasya ca, pranamya shirasaa lingam, anantabhoga stava dan yang lainya. 

ket: Lingam secara lengkap hanya ditemukan dicandi-candi Luar Bali, sedangkan diBali tidak ditemukan. kemungkinan disebabkan kerusakan oleh faktor alam atau pemugaran-pemugaran pura-pura.

Penjelasan Pertama.

KONSEP LINGGA YONI
Untuk mengetahui dari arti dan makna sekaligus konsep-konsep Shiva Lingga perlu kiranya kita melihat bentuk melalui gambaran dari Lingam agar dapat memahaminya lebih dalam, walaupun sesungguhnya kita tidak akan bisa untuk menjabarkan keagungan dari Shiva Lingam secara menyeluruh. Perwujudan yang dibuatkan symbol sebagai ketuhanan ini tidak dapat di ukur melalui pikiran dan melampaui segalanya. Disini penulis berusaha menjabarkan bagian utama yang terdapat dari Shiva Lingam melalui pembacaan dan perbandingan symbol yang dimiliki dari Shiva Linggam yang ada. Dikarenakan penelitian Shiva Lingam oleh penulis berpusat di Bali. Maka sastra lokal sebagai acuan dan sastra lain sebagai pendukung.
Gambar-gambar dibawah ini telah diambil dari beberapa pura yang tergolong kuno dan masih memiliki peninggalan Shiva Lingam diBali. Menurut pembagianya, Shiva Linggam dapat dibagi tiga bagian utama yaitu bagian Linggam, Yoni, dan bagian lapik/alas.  Dari masing-masing ketiga bagian di atas memiliki juga bagian tertentu yang memunculkan konsep-konsep tersendiri yang di jelaskan bawah ini secara bertahap.
   Bentuk Shiva Linggam dari Lingam.
       Bentuk satu buah Linggam utuh,
Di lihat dari bentuk satu buah Linggam di luar dari penyatuan dengan Yoni yang keseluruhanya simbol alam semesta di temukan bentuk antara lain:
-          Bentuk bulat telur unggas (kukkuṭāṇḍasaṃsthita)
-          Bentuk buah mentimun (trikhasaṃsthita).
-          Bentuk segi empat memanjang. (samacaturaśra).
Dari ketiga bentuk di atas yang jarang di temukan adalah bentuk yang ketiga dan umumnya bentuk mentimun sering di temukan di Bali dan bentuk bulat telur angsa yang pada dasarnya adalah bentuk oval di temukan di pura daerah kabupaten Tabanan.
Bagian atap Linggam
Atap dari Lingam juga memiliki pemahatan. Atap Lingam memiliki makna sebagai stana Parama Shiva loka jika di lihat dari konsep tinggkatan pembagian alam, namun jika di lihat dari konsep Tri Kona yaitu konsep utpeti, stiti, dan pralina (yaitu penciptaan, pemeliharaan, dan peleburan alam semesta) maka ujung atau atap Lingam sampai dengan batang Linggam di atas Yoni sebagai Rudra Bhaga (bagian Rudra). Adapun bentuk-bentuk yang di miliki dari ujung atau atap Shiva Linggam adalah:
  1. -         Bentuk buah mentimun. (trikhakara
  2. -          Bentuk bulat telur. (kukkuṭāṇḍakara
  3. -          Bentuk balon. (budbudasadṛśa
  4. -          Bentuk payung.(chatrakara
  5. -          Bentuk bulan sabit.(ardhacandrakara
  6. -          Bentuk segi empat. (sañjavanakara
  7. -          Bentuk mahkota bunga (kusumAvataMsakakara) 
    Bagian tengah batang Linggam:
       Bagian ini terkadang memiliki bentuk polos tanpa guratan.  Adapun bentuk yang umum di miliki dari bagian tengah batang sebuah Linggam adalah bentuk segi delapan. Dibagian ini di tempati oleh Sada Shiva. Konsep lontar Wrhaspatitattwa yang dimiliki orang Bali merujuk ke bagian Sada Shiva. Lontar ini menjelaskan tempat duduk Sada Shiva berwujud padmasana dan beralaskan Cadushakti. Maka dari itu segi delapan ini mengandung tattwa Astaiswarya antaranya: anima, laghima, mahima, prapti, prakamya, isitwa, wasitwa yatrakamawasayitwa. Astaiswarya ini di jelaskan pada Wrhaspatitattwa di mana poinya menyatakan delapan jenis kemahakuasaan dari Tuhan. Anima yang artinya halus bagaikan atom. Anima berasal dari kata Anu yang berarti atom. Laghima dengan asal kata laghu yang artinya ringan merupakan sifat Tuhan yang bersifat seringan eter. Mahima dengan asal kata maha yang berarti besar yaitu Tuhan yang bersifat memenuhi segala tempat dan tidak ada satupun tempat yang tidak di tempati-Nya. Prapti dengan asalkata prapta yang artinya tercapai merupakan sifat beliau yang dapat mencapai semua tempat. Prakamya dengan kata identik prakama yang berarti semua kehendak dari beliau merupakan sifat Tuhan yang setiap kehendaknya selalu terjadi. Isitwa dengan kata isa yang berarti raja dan merupakan sifat Tuhan yang merajai semuanya dari yang paling utama. Wasitwa indentik dengan kata Wasa artinya menguasai dan mengatasi yang merupakan sifat Tuhan yang paling berkuasa di antara semuanya. Dan yang terahir adalah yatrakamawasayitwa berarti tidak ada yang dapat menentang dari kehendak atau keinginan beliau dan juga krodrat beliau. Dari kedelapan sifat yang menjelasan kemahakuasaan Tuhan ini sering di lambangkan dengan stana beliau bagaikan bunga teratai yang berjumblah delapan.
      
      Bagian bawah Linggam:
     Simbol pahatan dari segi empat samasisi yang di miliki dari bagian ini adalah simbolisasi dari Shivaatma yang meresapi semua ciptaan yang berada di alam semesta ini. Peneliti Barat pada bagian ini menyebutnya sebagai konsep Brahma Bhaga. Akan tetapi, di dalam konsep penyatuan Shiva dan Shakti yaitu Linga dan Yoni hal ini menjurus kepada Shivaatma bukan kepada Visnu Bhaga. Dilihat dari penjelasan konsep Hindu Bali bagian lontar Buanakosa. Alam yang di tempati oleh Visnu pada alam Jana Loka. Pada bagian Shivaatma ini melengkapi konsep Tri Purusa yaitu Shiva, Sada Shiva, dan Parama Shiva sesuai dengan konsep Hindu yang memiliki konsep vertical. sedangkan pada konsep Tri Murti Bhaga sebagai konsep horizontal yang di dalam konsep Shiva Linggam di jelaskan dengan agak berbeda namun tetap mengenai pada konsep kesetaraan dari ketiga dewa yang mana tidak ada yang lebih tinggi atau superior dan yang lebih rendah atau inferior.  Untuk bentuk dari bagian bawah Linggam dapat dilihat pada gambar di atas pada gambar bagian tengah Linggam.
      Bentuk Shiva Linggam di lihat dari bagian Yoni:
    Yoni merupakan simbol dari kosnsep ibu alam semesta dan sebagai Shakti Shiva yang sering di identikan dengan Parvati dewi atau identik diBali dengan Uma dewi dan Durga dewi. Bagian-bagian yoni secara lengkap adalah nala (cerat), Jagati (ruang)Padma (alas)Kanthi (leher), dan lubang untuk berdirinya lingga atau arca. Sedangkan bentuk yang di temukan di Bali antara lain:
-          Bentuk segi empat samasisi tanpa saluran air.
-          Segi empat dengan saluran air.
-          Bentuk bulat oval ( identik dengan bentuk segitiga)

      Bentuk Shiva Linggam di lihat dari lapik atau alas dari Yoni:
     Lapik atau alas Yoni atau peetam di Bali tidak di temukan secara utuh di karenakan banyak data sejarah yang hilang yang berupa arca dan kemungkinan alas aslinya telah diganti oleh masyarakat pengempon Pura pada saat perbaikan bangunan atau telah benar-benar rusak di makan jaman. Bentuk aslinya masih ditemukan di luar Bali di dalam sebuah bangunan candi-candi kuno. Pada bagian lapik sangat menentukan bagian dari Shiva Linggam dikarenakan pada bagian ini memiliki guratan khusus tentang posisi alam semesta dan tingkatan alam semesta baik itu tingkatan tujuh alam keatas ( sapta loka) dan tingkatan alam kebawah ( sapta patala).  Di beberapa konsep bangunan baru yang ada di Bali walaupun sedikit ada perubahan di dalamnya namun masih mengena pada konsep aslinya yang masih mencerminkan semua alam dan posisinya dan tentunya pada bangunan baru ada penambahan seni yang di anggap relative oleh masyarakat. Bagian simbolis lainya yang terdapat pada peetam adalah simbol kurma dan naga.
     Pada pujastava yang ditemukan di Bali kita dapat temukan simbol-simbol ini. Pada simbol kura-kura kita hanya dapat temukan sedikit reperensi yang cocok. Sedangkan pada bagian pujastava Bali hanya menjelaskan delapan simbol dalam bunga teratai. 
       
      Ādityas tu sthitaḥ pūrve, candras tu saṁsthito’ gneye kumbho vasati dakṣiṇe, mīnas tu nairṛtye sthitaḥ.
(īśvaraḥ puruṣasya ca.Ho.21).
     Lambang-lambang itu adalah: matahari ada di timur, bulan ada di tenggara, wadah air ada di selatan, dan ikan ada di barat daya.

kūrmo vasati paścime, śaṅkho vasati vāyavye cakro vasati uttare, tri-śulah aiśānye.
(īśvaraḥ puruṣasya ca.Ho.22).
       Kura-kura ada di barat, kulit keong/kerang di barat laut, cakra ada di utara, dan trisula ada di timur laut.

       Sedangkan pendekatan melalui purana kurma mengacu kepada pengadukan samudra susu atau lautan susu. Pengadukan lautan yang dilakukan oleh para dewa dan raksasa. Kurma menopang gunung mahameru yang sebelumnya diangkat oleh anantabhoga. Disini kurma yang juga sebagai perwujudan wisnu berperan sebagai pengendali agar dunia tidak tenggelam. Pada konsep Shiva Linga juga sama, bahwa simbol kurma mengarah ke asfek membantu dalam ciptaan dan berlaku sebagai pengendali. Selain itu secara logika kita dapat lihat pada seekor kura-kura dikeseharian. Kura-kura memiliki kemampuan memasukan bagian tubuhnya sesuai keinginanya. Hal inilah yang menjadi factor kesimpulan sebagai pengendali. Apabila dilihat dari konsep yoga. Simbolisasi kurma sebagai pengendalian diri, agar tubuh ini yang juga sebagai simbol gunung mahameru tidak tenggelam didalam keduniawian yang disebabkan oleh keinginan, pemikiran-pemikiran, dan ego. Mengenai simbol kurma sebagai pembantu proses penciptaan, hal ini beliau Visnu dianggap tidak ada bedanya dengan Shakti dewi. Selain itu, penyatuan dari dewi (yoni) dan shiva linga) berwujud sebagai wisnu. Hal ini diperkuat dan diperjelas dari sloka upanisad:
sarvadevātmako rudraḥ sarve devāḥ śivātmakāḥ
rudrasya dakṣiṇe pārśve ravirbrahmā trayo'gnayaḥ 4
vāmapārśve umā devī viṣṇuḥ somo'pi te trayaḥ
yā umā sā svayaṃ viṣṇuryo viṣṇuḥ sa hi candramāḥ 5
ye namasyanti govindaṃ te namasyanti śaṅkaram
ye'rcayanti hariṃ bhaktyā te'rcayanti vṛṣadhvajam 6
ye dviṣanti virūpākṣaṃ te dviṣanti janārdanam
ye rudraṃ nābhijānanti te na jānanti keśavam 7
rudrātpravartate bījaṃ bījayonirjanārdanaḥ
yo rudraḥ sa svayaṃ brahmā yo brahmā sa hutāśanaḥ 8
brahmaviṣṇumayo rudra agnīṣomātkaṃ jagat
puṃliṅgaṃ sarvamīśānaṃ strīliṅgaṃ bhagavatyumā 9
umārudrātmikāḥ sarvāḥ grajāḥ sthāvarajaṅgamāḥ
vyaktaṃ sarvamumārūpamavyaktaṃ tu maheśvaram 10
umā śaṅkarayogo yaḥ sa yogo viṣṇurucyate
yastu tasmai namaskāraṃ kuryādbhaktisamanvitaḥ 11
ātmānaṃ paramātmānamantarātmānameva ca
jñātvā trividhamātmānaṃ paramātmānamāśrayet 12
antarātmā bhavedbrahmā paramātmā maheśvaraḥ
sarveṣāmeva bhūtānāṃ viṣṇurātmā sanātanaḥ 13
asya trailokyavṛkṣasya bhūmau viṭapaśākhinaḥ
agraṃ madhyaṃ tathā mūlaṃ viṣṇubrahmamaheśvarāḥ 14
kāryaṃ viṣṇuḥ kriyā brahmā kāraṇaṃ tu maheśvaraḥ
prayojanārthaṃ rudreṇa mūrtirekā tridhā kṛtā 15
dharmo rudro jagadviṣṇuḥ sarvajñānaṃ pitāmahaḥ
śrīrudra rudra rudreti yastaṃ brūyādvicakṣaṇaḥ 16
kīrtanātsarvadevasya sarvapāpaiḥ pramucyate (rudrahrdayopanisad.4-16).
 
           Rudra adalah perwujudan dari semua Deva. Semua dewa adalah manifestasi hanya berbeda dari  Sri Rudra sendiri. Di sisi kanan dari Rudra, ada matahari, Kemudian empat berkepala Brahma, dan      kemudian tiga Agnis (api). Di sisi kiri, terdapat Sri Umadevi, dan juga Wisnu dan Soma (bulan). Uma Dirinya sendiri adalah bentuk Vishnu. Wisnu sendiri adalah bentuk bulan. Oleh karena itu, orang-orang yang menyembah Dewa Wisnu, menyembah Siva sendiri. Dan orang-orang yang menyembah Siva, menyembah Dewa Wisnu dalam kenyataan. Mereka yang iri dan membenci Sri Rudra, sebenarnya membenci Sri Vishnu. Mereka yang mengutuk Tuhan Siva, mengutuk Wisnu sendiri. Rudra adalah generator dari benih. Wisnu adalah cikal bakal benih. Siva sendiri adalah Brahma dan Brahma sendiri adalah Agni. Rudra dipenuhi Brahma dan Wisnu. Seluruh dunia ini penuh dengan Agni dan Soma. Bentuk gender lelaki Tuhan Siva. Gender perempuan Sri Bhavani Devi. Semua penciptaan bergerak dan tak bergerak dari alam semesta ini, diisi dengan Uma dan Rudra. Dalam Vyakta adalah Sri Uma, dan Avyakta adalah Tuhan Siva. Kombinasi Uma dan Sankara adalah Wisnu. Oleh karena itu setiap orang harus bersujud kepada Sri Maha Wisnu dengan pengabdian yang besar. Dia adalah Atman. Dia adalah Paramatman. Dia adalah Antaratman. Brahma adalah Antaratman. Siva adalah Paramatman. Wisnu adalah Abadi Atman semua alam semesta ini. penciptaan ini seluruh svarga, Martya dan Patala Lokas sebuah pohon besar. Wisnu adalah bagian atas (cabang) pohon ini. Brahma batang. akar adalah Tuhan Siva. Hasilnya adalah Wisnu. tindakan adalah Brahma. Penyebabnya adalah Siva. Untuk kepentingan dunia. Rudra telah mengambil tiga bentuk tersebut. Rudra adalah Dharma. Wisnu adalah dunia. Brahma adalah Pengetahuan. Oleh karena itu, lakukan Kirtan nama-Nya, 'Rudra', 'Rudra'. Dengan menyanyikan seperti ini, nama suci Tuhan yang besar ini, semua dosa Anda akan hancur. (rudrahrdayopanisad.4-16).


     Mengenai simbol naga kita dapat temukan penjelasanya melalui pujastava yang ada di Bali. Pada tujuh alam kebawah dinyatakan dihuni oleh golongan para naga. Di Nusantara dan khususnya Bali meyakini pimpinan para naga sebagai anantabhoga. Tapi terkadang dibeberapa penjelasan, pimpinan para naga disebut sebagai Vasuki. Dikarenakan Shiva Linga ini ada di nusantara dan juga tentunya memiliki konsepnya tersendiri. Maka setidak-tidaknya terdapat sumber internal sebagai penjelasan dari simbol – simbol yang terkandung didalamnya.

   Tathā padmaḥ sthito madye, śivālaye śūddha-sthāne ye vā sthitāḥ nāga-sarvah, krameoyanta eva ca.
(īśvaraḥ puruṣasya ca.Ho.23).
   Daun bunga teratai ada di tengah-tengah, dan semua para naga yang hadir ditempat dikediaman Sang Hyang Shiva yang suci disebut sekarang dalam urutan yang seharusnya.

nuhuṣo dhṛta-rāṣṭraś ca, kālako kambalas tathā kadrū vā vāsuki jÑeyāḥ, karkoṭaka-dhanaÑ-jayau.
(īśvaraḥ puruṣasya ca.Ho.24).
Nahusa dan dhrt-rastra, kalaka dan kambala, kadru dan vasuki, karkotaka dan dhananjaya,

takṣako nikumbhas tathā, haridro rohiṇīti ca, nanta-bhogaḥ sthito madhye, iti nāgāḥ parivṛttāḥ.
(īśvaraḥ puruṣasya ca.Ho.25).
   Taksaka dan nikumbha, haridra dan rohini, ananta-bhoga berada di tengah-tengah, demikianlah adanya kedudukan –kedudukan pada naga didalam bulatan itu.

Pujastava diatas menjelaskan posisi dari penempatan para naga. Kedudukan ananta berada di bagian tengah. Namun, hal ini belum menjelaskan terlalu mendetail mengenai perlambang.
    oṁ oṁ aṣṭa-mahā-bhayāya, sapta-pātāla-deśāya, ananta-bhoga-devāya, sphaṭika-varṇāya, vaḍavānala-astrāya, sarva-śatru-vināśāya, namaḥ svāhā//
(aṣṭa-mahā-bhayāya. gol.shiva.1106/34b.1804/38b).
(kepada delapan perwujudan kekuatan yang menakutkan, dia yang berada diwilayah tujuh, dengan anantabhoga sebagi dewanya, di wilayah kebawah (sapta patala), dengan warna bening, senjata percikan api, yang menghancurkan semua musuh-musuh, sembah, sambut).

    Disini anantabhoga mulai dijelaskan sebagai dewatanya dari tujuh wilayah kebawah. Dengan stava puja diatas anantabhoga ditunjukan sebagai pimpinan wilayah alam bawah. Dari dua jenis pujastava diatas kita dapat temukan dua bagian penting yang diantaranya anantabhoga bertempat diposisi tengah mewakili semua naga, dan dewa dari tujuh alam bawah. Sekarang mari kita lihat pujastava lainya yang lebih jelas mengenai anantabhoga:

Anantabhoga stava. (SSM.hal.93.83/19b,189/9b,11R7,PVSK22b).
bhūḥ-loka sapta-bhuvanam, sapta-pātāla vīryaṇam nāgēndrādhipa-mūrtinam, agni-jvālaṁ rudrātmakam// (bhūḥ-loka sapta-bhuvanam.01).
(wilayah dunia ke wilayah tujuh tingkat keatas, dan tujuh dunia wilayah kebawah didalam kepahlawananya, yang berwujud sebagai ratunya para ular/naga yang tertinggi, yang menyala seperti api perwujudan dewa rudra).
vāyu-vajro vajrānalaṁ, ‘prameyaṁ koṭi-yojanam, ‘nanta-bhoga mahā-śaktim, maka-sukha bhūh-maṇḍalam. (bhūḥ-loka sapta-bhuvanam.04).
(Yang memiliki angin sebagai halilintar dan apinya adalah halilintar, yang takdapat diukur lebih dari ukuran sepuluh juta mil, ananta yang begitu hebat/Shakti, adalah kebahagiaan bagi bidang/ lingkungan keduniawian).

    Stava pertama menjelaskan bahwa anantabhoga sebagai ratu para ular yang mencakup tujuh alam keatas dan tujuh alam kebawah. Disini sudah mulai jelas bahwa lambang dari satu buah naga yang muncul dalam shiva linga Nusantara dan Bali khusunya adalah anantabhoga. Dari bagian peeta kita melihat naga anantabhoga digambarkan diantara sapta patala dan saptaloka. Sedangkan stava anantabhoga kedua menyatakan kemampuan dari anantabhoga dan jaraknya yang tidak dapat diukur. Dia juga diibaratkan memiliki tubuh agni sama dengan perwujudan Rudra.
    Didalam cerita atau kisah pengadukan samudra susu, anantabhoga berperan sebagai pengangkat gunung mandara. Jika dilihat dari namanya ananta berarti tidak terbatas dan bhoga berarti keinginan. Simbol dari anantabhoga ini adalah keinginan yang dimiliki oleh mahluk hidup. Dalam sisitem yoga, keinginan haruslah terkendali. Simbolik dari pengangkatan gunung adalah simbol dari munculnya keinginan-keinginan dari dunia luar pancamahabhuta yang mempengaruhi tubuh individu. Dan kenapa kurma juga ditempatkan diatas dari anantabhoga, ini berarti pengendalian dari keinginan yang muncu disaat pikiran mulai memilah-milah tindakan yang dilakukan, Sehingga alam keci/dunia kecil tidak tenggelam dalam penderitaan.

                                                       Om Shanty, Shanty, Shanty, Om




0 Response to " Bagian-Bagian Linga Yoni. "

http://adf.ly/1bLNXQ [URL=http://www.flagcounter.me/details/l0][IMG]http://www.flagcounter.me/l0/[/IMG][/URL]http://www.flagcounter.me/l0/