Cara Peresmian Arca.
Saya sering sekali mendapat pertanyaan dari kalangan umat
Hindu. Ini terjadi sebelum saya berkecimpung dalam belajar menulis buku atau
artikel. Pertanyaan sering datang dari kalangan keluarga dan yang paling banyak
dari kalangan anak-anak muda dan ada beberapa dari kalangan terutama yang
tinggal diluar Bali dan juga diluar sahabat yang diluar Negeri. Beberapa dari
kalangan teman-teman yang baru pindah agama ke agama Hindu. “Gus .. gimana sih
caranya biar patung/arca saya bisa disembahyangin???” atau ada pertanyaan lain
seperti ini “ Brou Agus...Saya punya gambar dewa baru nih! Bisa ngak bantu,
nanti saya mau pake dikamar suci sebagai alat kosentrasi meditasi!”. Nah ada
pertanyaan lain lagi ne sahabat pembaca “ Gus..bisa bantu ngak? Saya baru beli
patung Ganesha ne buwat kosan. Bisa ngak ditaruh dipelangkiran. Terus dikasi
pemujaan setiap saya mau sembahyang!”.
Ok sahabat semuanya dan para pembaca sekalian. Jawabanya
saya tulis disini! Dan bagi sahabat pembaca lainya, semoga hal ini juga
bermaanfaat nantinya. Setidak-tidaknya jadi tambahan wawasan mengenai puja atau
persembahyangan dalam Hindu. Dibawah dituliskan mengenai bahan persembahan,
kemudian mantra, setelah itu juga dituliskan mengenai tata cara atau prosesi
puja.Sebelum melaju lebih jauh, Saya beritahukan kepada para pembaca sekalian.
Tata cara peresmian arca ini hanya berlaku untuk arca dewa atau gambar dewa
bersekala kecil. Tidak sebaliknya yaitu skala besar. Nah, apa yang dimaksud
skala besar dan kecil? Yang saya maksudkan disini adalah Upacara peresmian
patung pertama ukuranya tidak lebih dari 2 meter. Kemudian hanya untuk kalangan
pribadi dan tidak bersifat kolektif atau bertempat disebuah pura besar. Bisa
dilakukan pada tingkatan sebatas pelangkiran (bagi umat Hindu Bali dan
Nusantara), bisa dilakuakan untuk kamar suci, dan bisa untuk arca/patung di
pemerajan. Apabila dikalangan arca lebih dari 2 meter atau ditempatkan untuk
pura besar dan bukan kalangan pribadi
sebaiknya konsultasi dengan para pandita dan para tokoh setempat. Tujuanya agar
tidak menciptakan kesenjangan sosial.
Beberapa hal yang mesti diketahui.
Sebelum kepambahasan utama mari kita ketahui beberapa
penjelasan umum mengenai peresmiuan arca. Di Bali ada tehnik puja peresmian
dengan istilah melaspas atau pemelaspasan. Dalam bahasa Sanskrit ini
berhubungan dengan istilah prāṇapratiṣṭhā. Melaspas adalah upacara pembersihan
dan penyucian bangunan yang baru selesai dibangun. Sedangkan kata prāṇapratiṣṭhā
(IAST) adalah upacara pemberian kehidupan ke arca rupa dengan pembacaan mantra
tertentu atau penyucian gambar dan arca rupa. Jenis tata pelaksanaan yang saya
bahas disini bersifat pengkolaborasian atau penggabungan tata cara secara
tradisi dan bersifat Vedic. Secara tradisi menggunakan tentunya sarana Yantra
orang Bali atau tepatnya bebantenan. Sedangkan untuk Vedic saya gunakan upacara
berorientasi pemandian arca atau ābhiṣeka. Mengenai ābhiṣeka saya tidak ulas
panjang lebar disini agar tidak mempersulit atau membingungkan para pembaca.
Jelasnya ābhiṣeka (IAST) memiliki arti dalam konteks ini sebagai pemandian untuk
perwujudan dewa tertentu saat melakukan persembahyangan atau puja.
Persiapan jasmani.
Sekarang kita bahas sedikit mengenai persiapan jasmani
sebelum puja. Sederhana saja gunakan atauran seperti biasa. Atauranya bersihkan
badan kita dengan mandi besar. Apabila
kondisi atau situasi yang kurang mendukung ingat bersihkan kaki, bertujuan
untuk mempermudah energi sifat satvam masuk saat melakukan puja. Asal diketahui kaki juga berperan mentranfer atau menerima energi bersifat fositip dari bumi. Kemudian
tangan, bertujuan untuk agar penambahan sifat satvam terutama saat kita memegang
benda puja. Hal ini sangat penting terutama air untuk tirta. Ingat dalam ilmu
kesahatan tangan mengandung berjuta-juta bakteri yang menyebabkan penyakit.
Bersihkan wajah, mulut, telinga, lobang hidung dan jika bisa bagian selangkangan
paha dan ketiak kita. Dalam aturan puja ini sangat penting. Lalu kenapa?
Tentu saja secara lahiriah akan berfungsi menciptakan sifat satvam. Wajah yang
bersih membantu menambah kesegaran pada badan terutama bagian wajah. Mulut yang
bersih bertujuan agar saat melantunkan mantra kiat lebih nyaman dalam berucap,
dan ini berpengaruh pada teman yang menyertai kita disamping saat puja.
Terutama bagi yang kebiasaan merokok, hal ini menggangu gelombang positif. Lubang
hidung dan lubang telinga, selain bertujuan untuk kesegaran bertujuan lebih
mudahnya kita dalam yoga pernafasan saat puja dan mempermudah mendengar
mendengar gelombang positif yang masuk dalam puja. Kemudian fungsi membersihkan selangkangan antara paha dan bagian ketiak, hal ini berfungsi untuk kenyamanan diri dalam puja. selain menghindari terjadi iritasi pada bagian-bagian tersebut akibat biang keringat. Lalu bagaimana aturanya kalau saat makan? Nah..dalam aturan diet, ini juga sangat penting. Makan sebelum puja diperbolehkan. Namun, usahakan jangan terlalu banyak. mungkin sedikit buah-buahan bisa dikonsumsi. Apabila minum juga sama, jangan terlalu banyak minum cukup satu gelas air paling banyak. Kenapa demikian? Kalau banyak makan, ini menyebabkan perut menjadi penuh. Sehingga organ perut kita ekstra keras. Sebagian besar tenaga dalam tubuh mengarah ke organ perut. Sehingga rasa lemas, malas, kecapean, mengantuk akan timbul saat puja. Kemudian kebanyakan minum air, menyebabkan saluran kantung kemih menjadi penuh. Tentu saja apabila saat puja ingin buang air itu tidak diperbolehkan. Jika hal ini ditahan akan berpengaruh merusak saluran kencing kita.
Persiapan alat puja.
Bagi yang mudah mendapat sarana berupa banten, silahkan
pakai banten setidaknya banten perayas. Apabila masih sulit gunakan canang
sari. Canang sari ini memiliki kualitas paling unik diantara banten lainya. Hal
ini dapat di istilahkan tanpa minum air setelah makan tidak akan terasa enak!
Dimanapun pemujaan orang Bali selalu ada canang sari. Seberapapun besarnya
banten, canang sari selalu menyertai tata puja orang Bali. Lalu bagaimana kalau
canang sari juga tidak ada? Wah.. sederhana saja! Ia gak usah pake banten. Jika
dipaksakan juga bakalan rumit. Ingat kalau kita pakai label Agama Hindu...Ia
mesti fleksibel..jangan kaku! Asalkan masih berorientasi pada sastra Hindu.
Siapkan bahan puja untu abhiseka: - Jika memungkinkan
siapkan pancagavya untuk ritual Bimbasuddhi. Ritual bimbasuddhi adalah ritual
pemandian menggunakan pancagavya (lima bahan yang terdapat dari sapi).
Bertujuan untuk membbersihkan segala kekotoran dalam proses pembuatan sebuah
arca atau benda puja. Pancagavya (lima bahan dari sapi) diantaranya susu sapi,
yogurt, ghee (minyak hasil olahan susu), kotoran sapi, dan air kencing sapi. –
siapkan pancamrta (lima jenis bahan cair) diantaranya susu sapi, yogurt, ghee,
madu, dan gula (bisa gula pasir dari tebu, atau gula merah yang dicairkan).
Susu sapi memiliki kualitas sebagai unsur pritvi/pertiwi atau tanah, yogurt
yaitu hasil olahan susu melalui permentasi sebagai unsur apah atau air, ghee
cair atau minyak murni adalah hasil pemanasan dari susu sebagi unsur tejo/teja
atau api, madu hasil dari lebah yang juga berfungsi baik bagi kesehatan tubuh
sebagai unsur vayu atau udara dan gula memiliki sifat manis, ini bertujuan
untuk menarik manisnya sifat keilahian Tuhan. Beberapa kalangan pandita sering
mencampur kelima bahan ini sebagai bahan yang keenam. Pancamrtam ini berfungsi
untuk memberikan kebahagiaan dan kemakmuran bagi umat.
Siapkan bahan lainya seperti: air untuk tirta, air untuk
pemandian kurang lebih jika patungnya kecil 500 ml. Jika lebih dari itu jumblah
bisa ditambahkan. Siapkan dupa, dipa (api yang dibuat dari kapas yang di isi
dengan minyak), bebagai bunga-bunga, siapkan beberapa jenis persembahan makanan
ataupu buah-buahan.
Prosesi puja (memohon tirta)
Prosesi pertama kita memohon tirta dengan pujastava.
Pujastava ini digunakan di Bali saat melakukan berbagai ritual. Sering di
kelompokan sebagai puja argatirta. Jenis stava sudah disesuaikan dengan bahasa
sansekerta dengan bahasa yang baik. Sebaiknya gunakan pengucapan dengan tidak
mengganti salah satu ahriran kata. Misalnya dibaca “a” namun diganti
menggunakan “e”. Walaupun bahasa yang digunakan sanskerta Nusantara, tidaklah
benar mengganti pengucapan karena akan berbeda artian. Beda pengertian beda
hasil pemujaan. Misal, kita memohon kesuksesan jika salah bisa berarti kita
memohon tidak kesuksesan. Dalam aturan pujastava, pelantunan bisa berbentuk
chanda atau lagu. Dan di Bali memiliki pelantunan lagu tersendiri. Ini sama
dengan stotra atau stuti yang pelantunanya menggunakan lagu dan berbeda dengan
mantra. Mantra baitnya memiliki pelantunan khusus dan bersifat baku.
Tangan didepan dada dengan memegang bunga menggunakan
sikap Dewa Pratista. (usai mantra jatuhkan bunga kedepan Shiva Linga /arca dewa
atau pelinggih).
kṣamasva māṁ mahā-deva
OM kṣamasva māṁ mahā-deva/
sarva-prāni-hitam-kara/
mām muñca sarva-pāpebhyah/
pālayasva sadā-śiva//
sarva-prāni-hitam-kara/
mām muñca sarva-pāpebhyah/
pālayasva sadā-śiva//
(wahai Dewa dari para Dewa! berilah pengampunan pada
diriku, engkaulah penyebab kebaikan dari semua ciptaan, bebaskanlah diriku dari
semua kejahatan, berkatilah dengan perlindungan, wahai Sada Shiva).
pāpo’ham pāpa-karama’ham/
pāpātmā pāpa-saṁbhavaḥ/
trāhi mām sarva-pāpebyaḥ/
kena-cin mama raksantu//
pāpātmā pāpa-saṁbhavaḥ/
trāhi mām sarva-pāpebyaḥ/
kena-cin mama raksantu//
(aku yang jahat dan perbuatanku yang jahat, diriku
yang jahat, jahat juga asalku, selamatkanlah diriku dari semua kejahatan,
engkau semestinya melindungiku dengn berbagai cara).
kṣāntavyah kāyiko doṣaḥ/
kṣāntavyo vāciko mama/
kṣātavyo mānaso doṣas/
tat pramādāt kṣamasva mām//
kṣāntavyo vāciko mama/
kṣātavyo mānaso doṣas/
tat pramādāt kṣamasva mām//
(dosa dari tubuh akan diampuni, dosa dari ucapanku
diampuni, dosa dari pikiran akan diampuni, hal ini disebabkan oleh kelalaianku,
ampunilah).
hīnākṣaraṁ hīna-padaṁ/
hīna-mantraṁ tathāiva ca/
hīna-bhāktim hīna-vidhim/
sadā-śiva namo’stu te//
hīna-mantraṁ tathāiva ca/
hīna-bhāktim hīna-vidhim/
sadā-śiva namo’stu te//
(ampunilah atas kekurngan dalam berucap kata, dan
ampunilah kekurangan dari kaki-kaki dan dalam berdoa, kekurangan dalam
pelaksanaan aturan-aturan, sembah kepadaMu wahai Sada Shiva).
mantra-hīnaṁ kriyā-hīnaṁ/
bhakti-hīnam maheśvara/
tat pūjitam mahā-deva/
pari-pūrņaṁ tad astu me//
bhakti-hīnam maheśvara/
tat pūjitam mahā-deva/
pari-pūrņaṁ tad astu me//
(kurang didalam ucapan mantra, kurang dalam tindakan
upacara, kurang dalam ketaatan, oh Mahesvara/Tuhan. Persembahan ini telah
berlangsun, oh Mahadeva, hal ini seharusnya menjadi keselamatan dan lengkap
untukku).
Pada saat pujastava berahir bunga dimasukan didalam
air.
Apsu
deva-pavitrāṇi
apsu deva-pavitrāṇi/ gaṅgā-devī namo’stu te/
sarva-kleśa-vināśanaṁ/ toyena pariśudhyate//
sarva-kleśa-vināśanaṁ/ toyena pariśudhyate//
sarva-pāpa-vināśini/ sarva-roga-vimocane/
sarva-kleśa-vināśanaṁ /sarva-bhogam avāpnuyāt//
sarva-kleśa-vināśanaṁ /sarva-bhogam avāpnuyāt//
(Engkau adalah dewata penyuci didala air, Dewi Ganga, sembah kehadapnMu, karenaMu segala noda terlenyapkan, orang sepenuhnya tersucikan oleh air {dariMU}).
(engkau yang menghancurkan segala kepapaan, yang
melenyapkan semua penyakit, karenaMu segala noda terlenyapkan, orang mencapai
semua jenis kenikmatan).
pancākṣaraṁ
mahā-tīrtham
pancākṣaraṁ mahā-tīrtham/
pavitraṁ pāpa-nāśanam/
pāpa-koti-sahasrāṇām/
agādhaṁ bhavet sāgaram//
pavitraṁ pāpa-nāśanam/
pāpa-koti-sahasrāṇām/
agādhaṁ bhavet sāgaram//
Mantra lima sukukata dalam suatu air yang termasyur,
sebagai pembersih dan penghancur kejahatan, ia samudra yang tidak diketahui
oleh ribuan juta kejahatan.
OM pancākṣaraṁ para-brahman/
pavitraṁ pāpa-nāśanam/
mantrāntaṁ parama-jnānaṁ/
śiva-loka-pradam subham//
pavitraṁ pāpa-nāśanam/
mantrāntaṁ parama-jnānaṁ/
śiva-loka-pradam subham//
Mantra lima sukukata adalah Brahman tertinggi, suatu
alat pembersih dan penghancur kejahatan, keseluruh mantra itu, merupakan
kebijaksanaan tertinggi, ia menguntungkan memberikan alam dari Hyang Shiva.
namah śivāya ity evaṁ/
para-brahmātma-sevanam/
para-śakti panca-devaṁ/
pnca-ṛṣyaṁ bhaved agni//
para-brahmātma-sevanam/
para-śakti panca-devaṁ/
pnca-ṛṣyaṁ bhaved agni//
Dengan ucapan “sembah kepada Hyang Shiva” ia berdoa
kepada Brahman tertinggi yang adalah atman, ia adalah tenaga tertinggi dari
lima dewa utama, kelompok dari lima ahli penhnacur, ia adalah Agni.
A-kāraś ca/ U-kāraś ca/MA-kāro bindu-nādakam/
pancākṣaraṁ mayā proktam/ OM-kāra agni-mantrakam//
pancākṣaraṁ mayā proktam/ OM-kāra agni-mantrakam//
Suku kata A, U, dan MA, Bindu dan Nada, lima sukukata
telah dijelaskan olehku, sukukata OM mantra dewa Agni.
gaṅgā
sarasvatī sindhu
OṀ gaṅgā sarasvatī sindhu/ vipāśā kauśikī nadī yamunā
ca mahā-śreṣṭhā/ sarayūś ca mahā-nadī//
Ganga, Sarasvati dan Sindhu, Vipasa dan Kausiki, Yamuna, dia yang agung dan terkenal, Sarayu dan Maha-nadi.
NB: gaṅgā sarasvatī sindhu diambil dari teks
gol.Shiva.
mṛtyuñ-jayasya
devasya
OṀ mṛtyuñ-jayasya devasya/ yo nāmānya anukīrtayot/
dīrghāyuṣyam avāpnoti, saṅgrāme vijayī bhavet//
OṀ ātmā tattvātmā śuddha mām svāhā//
(Dia yang mengidungkan dengan keras/lantang nama dari
dewata kemenangan atas kematian, memperoleh umur panjang dan kemenangan dalam
pertempuran
Tuhan, diri yang sejati, bersihkanlah hamba, sembah
terjadilah).
āyu-vṛddhir
yaśo- vṛddhir
OM āyu-vṛddhir yaśo-vṛddhir/ vṛddhih
prajñā-sukha-śriyām/ dharma-saṁtāna-vṛddhiś ca/ santu te sapta-vṛddhayaḥ//
Yathā merau sthito devo/ yāvad gaṅgā mahī-tale/
candrārkau gagane yāvat/ tāvad vā vijayī bhavet//
OṀ dīrghāyur astu tathā astu astu/
OṀ avighnam
astu tathā astu astu/
OṀ śhubham astu tathā astu astu/
OṀ sukhaṁ bhavatu/
OṀ pūrṇaṁ bhavatu/
OṀ sapta-vṛddhir astu//
(Semoga engkau mendapat tujuh kemuliaan, kemuliaan
tentang kehidupan, kemasyuran, kebijaksanaan, kesenangan, dan kebahagiaan, dan
penambahan kebenaran dan keturunan/anak cucu.
Sebagai dewa yang berdiam diatas gunung meru, selama
ganga hadir diatas bum, selama matahari dan bulan ada di langit, selama itu
orang akan Berjaya.
Birkan ada umur panjang, semoga demikian,
Biarkan ada kebebasan dari gangguan, semoga demikian,
Biarkan ada hal yang menguntungkan, semoga demikian,
Biarkan ada kebahagiaan, kepenuhan, kebahagiaan).
Sankalpa atau pengucapan puja apa yang akan dilakukan.
Sankalpa atau pengucapan puja apa yang akan dilakukan.
mamo
partha samastha durithakshaya dvara, (menghapus
derita dalam hidup).
srii parameshvara preethyartham, sri parvathi prasada sidhyartham,
(bisa menambahkan nama lainya).
asmaham
sakudumbanam (jika untuk diri sendiri) /(asya
Yajamanasya sakudumbasya) (jika melakukan untuk orang lain).
shemasya,
dhairyasya, dhairya, vijaya, ayur, arogya, ishwarya, abhivrithyartham.
(peningkatan hal
baik,kemenangan,kehidupan,kesehatan, dan kekayaan)
pernyataan
jenis yagna: (bisaberjapa,
homma yagna, atau abhisekham).
Srii maha Ganapati prāṇapratiṣṭhā poja aham karishye//
(saya akan
melakukan puja peresmian arca perwujudan Srii Ganesha).
Pemanggilan para dewa:
Mantapa Puja.
Om suvarna mantapaaya namaha Yoga mantapaaya namaha
Bhoga mantapaaya namaha Ratna mantapaaya namaha
Vajra mantapaaya namaha Hemaprakaaraaya namaha
Ratna sopaanaaya namaha Svarnavedikaaya namaha
Om indraaya namaha Om agnaye namaha
Om yamaaya namaha Om niratiyae namaha
Om varunaaya namaha Om vaayuvae namaha
Om kuberaaya namaha Om ishaanayaaya namaha
Iti dikpaalaka pujam samarpayaami
...Panggil
dewa arca yang akan diresmikan.. (misalnya Ganesha) ... Om Srii Siddhi
Vinayakaya namaha.
Peetaa Puja (Aasana Puja)
(sambil menuangkan pakai mantra setidaknya gayatri mantra saja.)
(sambil menuangkan pakai mantra setidaknya gayatri mantra saja.)
Om Sri
sai siddhi vinayakaya namaha peeta pujam samarpayami
Om Sri
sai siddhi vinaayakaaya namaha aavaahanam samarpayami (undangan)
Om Sri
sai siddhi vinaayakaaya namaha aasanam samarpayami (singgasana)
Om Sri
sai siddhi vinaayakaaya namaha paadyam samarpayami (air pembasuh kaki)
Om Sri
sai siddhi vinaayakaaya namaha arghyam samarpayami (air pembasuh tangan)
Om Sri
sai siddhi vinaayakaaya namaha aachamanam samarpayami (air untuk minum)
Om Sri
sai siddhi vinaayakaaya namaha malaapakarsya snanaam samarpayami (air untuk
mandi)
Atha Panchaamrta Bhishekaha (memandikan dengan panca amrta)
Om Sri sai siddhi vinaayakaaya namaha pancagavya snaanam samarpayami (campuran pancagavya)
Atha Panchaamrta Bhishekaha (memandikan dengan panca amrta)
Om Sri sai siddhi vinaayakaaya namaha pancagavya snaanam samarpayami (campuran pancagavya)
Atha Panchaamrta Bhishekaha
(memandikan dengan panca amrta)
Om Sri
sai siddhi vinaayakaaya namaha khsera snaanam samarpayami (susu)
Om Sri
sai siddhi vinaayakaaya namaha dadih snaanam samarpayami (yogurt)
Om Sri
sai siddhi vinaayakaaya namaha ghrita snaanam samarpayami (ghee)
Om Sri
sai siddhi vinaayakaaya namaha madhu snaanam samarpayami (madu)
Om Sri
sai siddhi vinaayakaaya namaha sharkara snaanam samarpayami (gula merah)
Om Sri
sai siddhi vinaayakaaya namaha panchamrtam snaanam samarpayami (panca amrta)
Mahaabisekaha
Om sri sai siddhi vinaayakaaya namaha shuddodaka snaanam samarpayami (air bersih)
Om apohista mayo bhuvaha tana oorjae dadhatana
Mahaeranaaya chakshase Yohava shivatamo rasaha tasya bhaajayatae hanaha
Ushateeriva mataraha Tasma aranga mamavaha yasya khsayaaya jinvatha
Apo janayathaca naha //
Om Bhur bhuvah svah Tat savitur varenyam
Bhargo devasya dhimahi Dhiyoyonah pracodayat//
Mahaabisekaha
Om sri sai siddhi vinaayakaaya namaha shuddodaka snaanam samarpayami (air bersih)
Om apohista mayo bhuvaha tana oorjae dadhatana
Mahaeranaaya chakshase Yohava shivatamo rasaha tasya bhaajayatae hanaha
Ushateeriva mataraha Tasma aranga mamavaha yasya khsayaaya jinvatha
Apo janayathaca naha //
Om Bhur bhuvah svah Tat savitur varenyam
Bhargo devasya dhimahi Dhiyoyonah pracodayat//
Om sri
sai siddhi vinaayakaaya namaha uttara poshanam samarpayami (membersihkan dengan
handuk)
Naivedyam (persembahan makanan) ataupun
segala banten.
Om
pranaya svaha Om apanaya svaha Om vyanaya svaha Om udanaya svaha
Om
samanaya svaha Om bramhane svaha Om tat sat brahmarpanam astu
Om
Brahmaarpanam brahmahavir Brahmaaghau brahmanaahutam
Brahmaiva
tena gantavyam Brahma karma samaadhinaa
Persembahan lanjutan.
Om sri
sai siddhi vinaayakaaya namaha dhupam samarpayami (dupa)
Om sri
sai siddhi vinaayakaaya namaha deepam samarpayami (nyala api)
Om agnir
jyotir jyotir agnir deepam samarpayami
Om sri
sai siddhi vinaayakaaya namaha amrta pidanam asi svaha (percikan air suci tirta)
Penutup puja/ Purna
Ahuti.
Om
Poornamadah poornamidam Poornat poornamudachyate
Poornasya
poornamaadaya Poornamevavashishyate
Catatatn : silahkan dilanjutkan
dengan prosesi sembahyang seperti biasa seperti yang para pembaca gunakan
sehari hari.
Sekian terimakasih.
Om shanty, shanty, shanty Om.
0 Response to " BAGAI MANA CARA MERESMIKAN SEBUAH ARCA. "
Post a Comment